realiti hidup sendiri

Seringkali petunjuk dari Allah datang dalam realiti kehidupan kita. Kalau petunjuk itu untuk kita maka ia akan menimpa samada diri kita sendiri, orang yang hampir pada kita, atau mereka yang kita sayangi. Oleh itu perhatikan diri kita sendiri terutamanya. Kadang-kadang musibah akan datang bertimpa-timpa sebagai amaran bagi diri kita. Kebanyakan manusia lebih mudah insaf bila ditimpa bencana. Kalau bencana itu mampu menginsafkannya dan dia kembali ke landasan yang benar maka itulah petunjuk baginya. tapi kalau masih tidak insaf maka bencana lain akan menyusul. Sebab itu kita lihat ada orang yang kaya tetapi hidupnya tak senang kerana ada sahaja masalah hidup yang merisaukan hatinya.

Salam Zulia,

Orang yang mendapat petunjuk tidak akan menyekutukan Tuhan dengan apa pun tak kiralah samada dia kaya atau miskin.

Di antara bukti keadilan Allah adalah Dia tidak akan mengazab siapa pun sebelum diutus rasul kepada mereka yang menjelaskan kebenaran yang harus mereka ikuti dan kebatilan yang mesti mereka hindari. Oleh karenanya untuk setiap umat telah diutus pemberi peringatan kepada mereka yang menjelaskan ajaran tauhid dan syariat yang diturunkan untuk mereka.

Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya. (Yunus: 47)

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kepada setiap umat telah diutus pemberi peringatan oleh Allah swt. Namun bukan berarti rasul yang diutus harus berada di tengah-tengah mereka selalu, cukup lah informasi kebenaran yang dibawa oleh rasul tersebut sampai kepada mereka dengan benar dan jelas. Hal ini seperti keadaan kita yang hidup di zaman sekarang, di mana Nabi Muhammad saw yang telah wafat 14 abad yang lalu telah diutus kepada seluruh umat manusia sampai hari kiamat dan tidak ada nabi setelah beliau. Meskipun beliau tidak ada bersama kita, namun ajarannya yang sangat jelas serta terpelihara telah sampai kepada kita. Demikianlah makna ayat tersebut. (Lihat Tafsir Mafatihul Ghaib, Fakhruddin Ar-Razi ketika membahas surat Yunus ayat 47)

Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra: 15)

Di dalam syariat Islam, dasar pertanggungjawaban seseorang di hadapan Allah swt adalah pengetahuan atau pemahaman tentang kebenaran. Oleh karena itu, orang-orang yang tidak mengetahui kebenaran karena dakwah tidak sampai kepada mereka, maka tidak ada azab Allah bagi mereka.

Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” Mereka menjawab: “Benar ada”, Sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”. Dan mereka berkata: “Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (Al-Mulk: 8-10)

Ayat di atas menegaskan bahwa penduduk neraka diazab oleh Allah setelah dipastikan bahwa telah datang kepada mereka pemberi peringatan namun mereka mendustakannya. Hal ini lebih menegaskan kembali bahwa tersampaikannya peringatan oleh para Rasul alaihimussalam dan para da’i kepada seseorang atau suatu umat adalah syarat pertanggungjawaban dan hisab di sisi Allah swt. Oleh karena itu ada dua hal penting yang harus menjadi perhatian kita bersama:

Pertama, menjadi kewajiban para da’i untuk menyampaikan dakwah seluas-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat sehingga tidak ada lagi komponen masyarakat yang tidak mendapat informasi yang benar tentang Islam. Apabila jumlah da’i belum memenuhi kebutuhan penyebaran dakwah di masyarakat, maka kewajiban dakwah meluas kepada yang lain yang belum terlibat dalam dakwah. Oleh karena itu dapat kita pahami betapa besar pahala dan kebaikan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada siapa saja yang menjelaskan dakwah islamiyah ini kepada orang lain sebagaimana sabda Rasulullah saw:

Sesungguhnya Allah swt para malaikat-Nya, para penghuni langit dan bumi hingga semut-semut di sarangnya juga ikan di lautan pasti mendoakan para pengajar kebaikan untuk orang lain. (Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili)

Sebaliknya, kita juga memahami betapa besar dosa dan murka Allah bagi siapa saja yang menyembunyikan atau menyelewengkan informasi kebenaran yang sangat dibutuhkan oleh manusia yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul alaihimussalam:

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela’nati. Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 159-160)

Kedua, menjadi kewajiban setiap orang untuk berusaha semaksimal kemampuannya dalam mencari informasi serta pengetahuan tentang kebenaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Orang yang memiliki kesempatan untuk belajar dan mengetahui kebenaran tetapi ia tidak mau menggunakan kesempatan nya itu, maka tidak akan diterima alasan ketidaktahuan nya itu dan ia tetap akan dihisab oleh Allah swt. Alasan tidak tahu kebenaran baru diterima jika ia telah berusaha sebaik mungkin namun ia tidak berhasil mendapatkannya. Akan tetapi janji Allah kepada mereka yang berusaha sungguh-sungguh adalah hasil yang manis:

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-’Ankabut: 69)

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al-Isra: 36)

Benar, karena pendengaran dan penglihatan adalah sarana yang telah Allah berikan kepada manusia untuk belajar, sedangkan hati dan akal adalah tempat memutuskan apakah kita mau menerima kebenaran yang telah kita ketahui atau tidak. Apapun pilihan kita, ada tanggung jawab yang harus kita persiapkan di hadapan keadilan Allah swt kelak di hari akhir. Wallahu a’lam.

Zahabur wrote:

Sebaliknya, kita juga memahami betapa besar dosa dan murka Allah bagi siapa saja yang menyembunyikan atau menyelewengkan informasi kebenaran yang sangat dibutuhkan oleh manusia yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul alaihimussalam:

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela’nati. Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 159-160)

Salam,

Ayat di atas jelas bahawa Allah menerangkan/ menjelaskan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk kepada manusia dalam Al Kitab.

Jadi, perlukah kita mencari sumber selain Al Kitab utk menerangkan sst yg memang dah terang/jelas dalam Al Kitab seperti Al-Quran?

Hanya orang-orang yang tidak percaya kepada ayat al-quran yang begitu jelas sahaja yang sanggup berbuat demikian kerana mereka berasakan ayat al-quran tak jelas dan perlu penjelasan dari sumber lain.

Nabi mengingatkan sahabat supaya menyampai daripadanya walaupun satu ayat dan ianya bukan sahaja ayat alquran tetapi semua ilmu dan ajaran nabi mesti disampaikan. Sebab itu sebelum sahabat meninggal mereka akan mengingat dirinya adakah sesuatu yang diterimanya dari nabi, belum lagi disampaikan pada orang. Ingatlah sesuatu yang sabit dari Nabi, jika dustakan, akan menjadi kafir.

tolokminda wrote:Salam Zulia,

Orang yang mendapat petunjuk tidak akan menyekutukan Tuhan dengan apa pun tak kiralah samada dia kaya atau miskin.

petunjuk apa kalu akalnya sebijik macam COW

Zulia wrote:Nabi mengingatkan sahabat supaya menyampai daripadanya walaupun satu ayat dan ianya bukan sahaja ayat alquran tetapi semua ilmu dan ajaran nabi mesti disampaikan. Sebab itu sebelum sahabat meninggal mereka akan mengingat dirinya adakah sesuatu yang diterimanya dari nabi, belum lagi disampaikan pada orang. Ingatlah sesuatu yang sabit dari Nabi, jika dustakan, akan menjadi kafir.

Salam,

Malangnya tiada pula perintah Allah agar Nabi sampaikan kepada para sahabatnya agar riwayat kata-katanya dijadikan kitab untuk menjelaskan Al Quran.

Tak logik Nabi buat sesuatu mendahului Allah. Nabi bukan macam orang musyrik yang suka mengada-adakan hukum yang Allah tidap pernah tetapkan.

kitab hanyalah al quran. Tetapi nabi ditugaskan utk menjelaskan kitab. Contoh yan paling jelas dan paling penting. Perintah mendirikan sembahyang adalah jelas dalam al quran siapa yang menafikan jangan mengaku ikut al quran. Dan telah sampai kepada kita seruan mengerjakan sembahyang, bagaimana dia sampai pada kita ialah dari mereka yang menyampaikan al kitab pada kita. Kita tidak boleh kata 'kita boleh mendirikan sembahyang mengikut suka hati kita kerana tidak disebutkan dalam alquran'. Alasan itu tidak diterima kerana kita diutuskan Nabi. Kita tidak boleh kata kita tidak terimanya dari nabi, sebab telah sampai seruan itu kepada kita. Zaman ini, orang kafir tidak boleh kata dia tidak menerima ajaran islam dari nabi atau tidak sampai seru, kerana islam telah pun sampai ke serata dunia, mereka perlu menggunakan akal utk menerima islam. Begitu juga kita kena gunakan akal utk menerima atau mencari cara solat dari berfikir sendiri dan akhirnya tidak solat. Tidak ada bukti nabi tidak sembahyang. Kalau orang mendakwa hadis dikumpulkan selepas 200 tahun mengapa orang telah mendirikan sembahyang sebelum dari waktu itu. Tidak dicatatkan dimana-mana ada satu zaman orang islam tak sembahyang. Masjid telah wujud sejak dari zaman nabi. Kalau mereka hadis yang dikumpulkan selepas 200 tahun maka masjid tentulah wujud selepas waktu itu. Begitulah kita menangkis segala fitnah.

Salam,

Al Quran turun kepada Nabi dalam bentuk wahyu/ilham. Ia bukan dalam bentuk tulisan lagi. Ketika Nabi sampaikan Al Quran kepada manusia lain untuk dijadikan bahan bacaan yang berpedoman, itulah penjelasan yang dilakukan oleh Nabi .Ini kerana Al Quran itu memang sudah jelas. Mana logik sesuatu yang telah terang, diperjelaskan lagi oleh kitab lain? Jika hari sudah siang, pergi suluh lagi pakai lampu suluh buat apa?

Lainlah dalam Al Quran ada wahyu Allah kepada Nabi berbunyi "jika datang manusia bertanya kamu tentang Al Quran, katakanlah, rujuklah kumpulan-kumpulan riwayat hadis sebagai penjelas Al Quran", barulah logik kita kumpulkan riwayat dan jadikan ia penjelas Al Quran.

Ini Allah pun tak pernah wahyukan Nabi buat begitu, takkanlah kita nak pandai-pandai buat hukum yang Allah tak pernah perintahkan? Itu bukan realiti hidup. Itu orang yang nak tempah tiket ke neraka sahaja.

Salam,

Nabi tidak membawa apa-apa ajaran. Beliau hanya menyampaikan Al-Quran yang diwahyukan kepada beliau. Jika kita mahu belajar sebagaimana Nabi dulu belajar - baca sajalah Al-Quran. Kalau Nabi dulu boleh faham dan menerima Al-Quran dengan hati terbuka, kita pun boleh.

Salam,

Benar Tolokminda. Di mana ada kemahuan, di situ ada jalan. Nabi memahami Al Quran tanpa perlu pun baginda kumpulkan riwayat-riwayat hadis Nabi sebelum baginda. Dan Allah tak pernah letakkan hukum seperti "tanpa riwayat hadis, kamu tidak akan faham Al Quran".

Jadi itu menunjukkan semua manusia berpotensi memahami Al Quran seperti Nabi faham. Yang pentingnya hati kena lapang dan minda kena terbuka sebab para Nabi pun orang yang berlapang dada dan berfikiran terbuka.

Kalau sempit dan jumud macam orang kafir terdahulu yang taksub dengan kepercayaan tradisi mereka, macam mana Allah nak turunkan Al Quran dalam hati mereka? Sebab mereka sendiri yang tutupkan "pintu" untuk cahaya Al Quran itu masuk ke dalam hati mereka.

tolokminda wrote:
Nabi tidak membawa apa-apa ajaran. Beliau hanya menyampaikan Al-Quran yang diwahyukan kepada beliau. Jika kita mahu belajar sebagaimana Nabi dulu belajar - baca sajalah Al-Quran. Kalau Nabi dulu boleh faham dan menerima Al-Quran dengan hati terbuka, kita pun boleh.

Pasti boleh, dan tidak perlu tergantung kepada Nabi, apalagi bukan Nabi.

Alquran bukanlah untuk Nabi saja, tetapi untuk seluruh manusia (2.185).

Ilmu Alquran akan diajarkan langsung oleh Allah yang Rahman (55.1-2).

Salam.

faried wrote:
Pasti boleh.

Alquran bukanlah untuk Nabi saja, tetapi untuk seluruh manusia (2.185).

Salam.

Salam,

Ya, itulah kata-kata orang yang yakin pada diri.

Ini tidak, belum mereka cuba nak fahami Al Quran, sudah buat alasan kononnya Al Quran tak jelas dan perlukan kitab riwayat. Nampak sangat rasa pergantungan kepada Tuhan itu tiada di hati mereka. Mereka rasa Tuhan itu terlalu jauh sampaikan sukar sangat Allah nak beri mereka petunjuk. Patutlah susah sangat nak faham Al Quran itu.

Juang wrote:

faried wrote:
Pasti boleh.

Alquran bukanlah untuk Nabi saja, tetapi untuk seluruh manusia (2.185).

Salam.

Salam,

Ya, itulah kata-kata orang yang yakin pada diri.

Ini tidak, belum mereka cuba nak fahami Al Quran, sudah buat alasan kononnya Al Quran tak jelas dan perlukan kitab riwayat. Nampak sangat rasa pergantungan kepada Tuhan itu tiada di hati mereka. Mereka rasa Tuhan itu terlalu jauh sampaikan sukar sangat Allah nak beri mereka petunjuk. Patutlah susah sangat nak faham Al Quran itu.

Semacam monyet yang mendapat bunga. Saling berebut untuk menjaganya walhal merobek-robek pula kelopaknya. Makin lama makin sesat pernyataan ni. Yakin membawa tak yakin.

saya hairan ada orang boleh terima tuduhan mengatakan nabi tak mengajar. Sedangkan al quran mengatakan sebaliknya. Itu atas ilmu dan iman masing-masing lah.

Berbalik pada topik ini, maka peringatan tuhan yang datang pada dirinya tidak mampu dia jadikan iktibar. Kerana dia sendiri menentang agama Allah, sudah tentu doanya tidak diterima, itu pun kalau dia merendah diri utk berdoa. Sepatutnya bagi kita yg ada keinsafan, dan sering muhasabah diri dengan mudah kita akan memahami. Agama tidak akan menjadikan hati manusia keras, tidak menjadikan manusia sombong pada dunianya, tidak menjadi manusia lalai dgn keduniaan sebaliknya menjadi insan yang tawaduk dan ingat pada maut. Bersifat pemurah kasih pada yang kekurangan, baik terhadap anak yatim. Menyambung silaturahim dengan sesama islam. Kalau hatinya benci pada orang islam, tidak menghormati mereka yang lebih berilmu. Tidak mahu mendengar bacaan ayat suci dan membacanya. kalau ini yang berlaku atas diri anda, hendaklah segera bertaubat walaupun akan ada suara yang akan cuba menghalang anda. Tetapi sedarlah anda siapakah orang ini sebenarnya.

Sepatutnya agama membawa kita yakin pada Allah dan pada agama kita bukan nya yakin pada diri sendiri.

faried wrote:

tolokminda wrote:
Nabi tidak membawa apa-apa ajaran. Beliau hanya menyampaikan Al-Quran yang diwahyukan kepada beliau. Jika kita mahu belajar sebagaimana Nabi dulu belajar - baca sajalah Al-Quran. Kalau Nabi dulu boleh faham dan menerima Al-Quran dengan hati terbuka, kita pun boleh.

Pasti boleh, dan tidak perlu tergantung kepada Nabi, apalagi bukan Nabi.

Alquran bukanlah untuk Nabi saja, tetapi untuk seluruh manusia (2.185).

Ilmu Alquran akan diajarkan langsung oleh Allah yang Rahman (55.1-2).

Salam.

salam

nabi nak belajar dgn al quran buat apa sedangkan al quran tu datang secara ilham/wahyu . takkan nabi pun nak cari pendapat yg terbaik dulu pak . secara langsung tu madsudnya tak payah nak belajar lagi tapi sudah faham .. kita kena rakam dulu dan belajar dulu . tu pun tafsir macam2 , buku lali la ,, komitmen la dan macam2 lagi .

othman wrote:
salam

nabi nak belajar dgn al quran buat apa sedangkan al quran tu datang secara ilham/wahyu.

Nabi belajar dengan Allah dan Al Quran itu adalah bahan pelajarannya.

Bukankah dalam ayat surah Ar Rahman itu kata Allah yang ajar Al Quran kepada Nabi?

takkan nabi pun nak cari pendapat yg terbaik dulu pak.

Bukankah yang terbaik itu datang daripada Allah juga? Logiklah Nabi cari pendapat yang terbaik.

Takkanlah orang yang sampaikan yang terbaik itu, lagi baik daripada Allah? Mustahil makhluk lagi baik daripada Allah.

secara langsung tu madsudnya tak payah nak belajar lagi tapi sudah faham.. kita kena rakam dulu dan belajar dulu . tu pun tafsir macam2 , buku lali la ,, komitmen la dan macam2 lagi .

Ketika belajar itulah ilham/wahyu turun. Kalau tak payah belajar, macam mana Nabi nak dapat wahyu?

Anak Adam yang dapat ilham bagaimana nak kebumikan mayat saudaranya itu pun belajar dengan melihat burung gagak tanam bangkai gagak yang dah mati.

Nak tahu beza hitam dan putih, kenalah belajar dahulu. Kenal sifat-sifat yang membezakan hitam dan putih. Lepas itu baru dapat ilham, selain hitam dan putih, ada warna-warna lain.

Macam manusia buat tv dahulu. Mula-mula manusia tahu buat tv hitam-putih. Lepas itu baru dapat idea nak buat tv warna. Kalau tak belajar asas buat tv hitam-putih, macam mana nak faham ilmu buat tv warna?

Jadi tak logik Nabi tak belajar sebab penurunan wahyu yang berperingkat-peringkat itu bergantung kepada tahap pemahaman. Faham yang asas, Allah turunkanlah peringkat yang seterusnya. Kalau yang asas pun tak faham, macam mana nak naik ke peringkat yang lebih sukar?

Juang wrote:

othman wrote:
salam

nabi nak belajar dgn al quran buat apa sedangkan al quran tu datang secara ilham/wahyu.

Nabi belajar dengan Allah dan Al Quran itu adalah bahan pelajarannya.

Bukankah dalam ayat surah Ar Rahman itu kata Allah yang ajar Al Quran kepada Nabi?

takkan nabi pun nak cari pendapat yg terbaik dulu pak.

Bukankah yang terbaik itu datang daripada Allah juga? Logiklah Nabi cari pendapat yang terbaik.

Takkanlah orang yang sampaikan yang terbaik itu, lagi baik daripada Allah? Mustahil makhluk lagi baik daripada Allah.

secara langsung tu madsudnya tak payah nak belajar lagi tapi sudah faham.. kita kena rakam dulu dan belajar dulu . tu pun tafsir macam2 , buku lali la ,, komitmen la dan macam2 lagi .

Ketika belajar itulah ilham/wahyu turun. Kalau tak payah belajar, macam mana Nabi nak dapat wahyu?

Anak Adam yang dapat ilham bagaimana nak kebumikan mayat saudaranya itu pun belajar dengan melihat burung gagak tanam bangkai gagak yang dah mati.

Nak tahu beza hitam dan putih, kenalah belajar dahulu. Kenal sifat-sifat yang membezakan hitam dan putih. Lepas itu baru dapat ilham, selain hitam dan putih, ada warna-warna lain.

Macam manusia buat tv dahulu. Mula-mula manusia tahu buat tv hitam-putih. Lepas itu baru dapat idea nak buat tv warna. Kalau tak belajar asas buat tv hitam-putih, macam mana nak faham ilmu buat tv warna?

Jadi tak logik Nabi tak belajar sebab penurunan wahyu yang berperingkat-peringkat itu bergantung kepada tahap pemahaman. Faham yang asas, Allah turunkanlah peringkat yang seterusnya. Kalau yang asas pun tak faham, macam mana nak naik ke peringkat yang lebih sukar?

salam

Bukankah dalam ayat surah Ar Rahman itu kata Allah yang ajar Al Quran kepada Nabi?

ayat mana satu ...

othman wrote:

faried wrote:

tolokminda wrote:
Nabi tidak membawa apa-apa ajaran. Beliau hanya menyampaikan Al-Quran yang diwahyukan kepada beliau. Jika kita mahu belajar sebagaimana Nabi dulu belajar - baca sajalah Al-Quran. Kalau Nabi dulu boleh faham dan menerima Al-Quran dengan hati terbuka, kita pun boleh.

Pasti boleh, dan tidak perlu tergantung kepada Nabi, apalagi bukan Nabi.

Alquran bukanlah untuk Nabi saja, tetapi untuk seluruh manusia (2.185).

Ilmu Alquran akan diajarkan langsung oleh Allah yang Rahman (55.1-2).

Salam.

salam

nabi nak belajar dgn al quran buat apa sedangkan al quran tu datang secara ilham/wahyu . takkan nabi pun nak cari pendapat yg terbaik dulu pak . secara langsung tu madsudnya tak payah nak belajar lagi tapi sudah faham .. kita kena rakam dulu dan belajar dulu . tu pun tafsir macam2 , buku lali la ,, komitmen la dan macam2 lagi .

Salam Othman,

Tuhan kata begini kepada Nabi mengenai Al-Quran.

75:16 Jangan gerakkan lidahmu untuk mendahuluinya.
75:17 Kamilah yang mengumpulkannya menjadi Al-Quran ini.
75:18 Apabila Kami menyampaikannya (recite it), kamu harus menuruti seadanya Quran ini.
75:19 Kemudian Kamilah yang akan menjelaskannya.

tolokminda wrote:

othman wrote:

faried wrote:

tolokminda wrote:
Nabi tidak membawa apa-apa ajaran. Beliau hanya menyampaikan Al-Quran yang diwahyukan kepada beliau. Jika kita mahu belajar sebagaimana Nabi dulu belajar - baca sajalah Al-Quran. Kalau Nabi dulu boleh faham dan menerima Al-Quran dengan hati terbuka, kita pun boleh.

Pasti boleh, dan tidak perlu tergantung kepada Nabi, apalagi bukan Nabi.

Alquran bukanlah untuk Nabi saja, tetapi untuk seluruh manusia (2.185).

Ilmu Alquran akan diajarkan langsung oleh Allah yang Rahman (55.1-2).

Salam.

salam

nabi nak belajar dgn al quran buat apa sedangkan al quran tu datang secara ilham/wahyu . takkan nabi pun nak cari pendapat yg terbaik dulu pak . secara langsung tu madsudnya tak payah nak belajar lagi tapi sudah faham .. kita kena rakam dulu dan belajar dulu . tu pun tafsir macam2 , buku lali la ,, komitmen la dan macam2 lagi .

Salam Othman,

Tuhan kata begini kepada Nabi mengenai Al-Quran.

75:16 Jangan gerakkan lidahmu untuk mendahuluinya.
75:17 Kamilah yang mengumpulkannya menjadi Al-Quran ini.
75:18 Apabila Kami menyampaikannya (recite it), kamu harus menuruti seadanya Quran ini.
75:19 Kemudian Kamilah yang akan menjelaskannya.

salam tm

adakah tuan jugak mendapat alamat seperti ini dalam membaca al quran .

maka alquran harus diterima bukan dipertikaikan. Kalau diperintahkan solat maka solatlah yang tak solat tu kenapa pula? Ikut nafsu lah tu.
Kalau anda kata pergi bekerja itu solat anda, semua orang melakukannya tak kira orang islam atau orang kafir. Yang tak solat ialah pengangur atau pelajar yang belum bekerja. Jadi bagaimana solat surirumah? Apa pekerjaan anda yang anda nak bawakan sebagai solat anda didepan Allah? Anda kerja dengan siapa dan syarikat apa, syarikat orang kafir ke? anda mungkin pekerja yang mana bos anda orang kafir, jadi solat anda dibawah orang kafir lah. Dan bos anda yang tak baca al quran itu solat nya lebih baik dari anda. solat anda diberi gaji ke atau pahala. Kalau anda tak diberi gaji anda akan terus bekerjakah? Itu tafsiran solat anda setelah belajar sendiri?

Salam Othman,

Kita tak perlu dapat wahyu dalam bentuk Kitab sebab ia sudah pun ada di hadapan kita melalui kerasulan Nabi. Tetapi konsep jangan mendahului Al-Quran itu tetap ada dan masih sama. Maknanya sebelum kita berkata sesuatu, rujuklah dulu kepada Al-Quran. Tuhan suruh kita ikut Al-Quran seadanya (faittabiAA qur-anahu). Tuhan tak suruh kita cari kitab atau sumber lain. Ikut Quran seadanya - tabiAA qur-anahu.

Tuhanlah yang mengumpul Al-Quran dan Dialah yang menjelaskannya kepada sesiapa yang membacanya. Dalam erti kata lain, sebelum kita bercakap begitu dan begini - pastikan dulu samada ia dapat dibuktikan atau disahkan oleh Al-Quran atau tidak. Jika kita bercakap sebelum memeriksa apa kata Al-Quran, maknanya kita mendahului penjelasan Tuhan.

Buktinya banyak dalam forum ini. Ramai yang kata Tuhan suruh itu dan ini tapi bila ditanya mana bukti dari Al-Quran mereka sentiasa gagal mengemukakannya. Ini adalah satu tanda orang-orang yang suka mendahului Al-Quran. Dan sifat mereka ini tidak selaras dengan sifat yang disuruh ke atas Nabi oleh Tuhan.

solat = bekerja
Ini selaras dengan al quran ke? Sedangkan inilah perkara pokok yang membezakan anda dengan orang islam lain.

Zulia wrote:maka alquran harus diterima bukan dipertikaikan. Kalau diperintahkan solat maka solatlah yang tak solat tu kenapa pula? Ikut nafsu lah tu.
Kalau anda kata pergi bekerja itu solat anda, semua orang melakukannya tak kira orang islam atau orang kafir. Yang tak solat ialah pengangur atau pelajar yang belum bekerja. Jadi bagaimana solat surirumah? Apa pekerjaan anda yang anda nak bawakan sebagai solat anda didepan Allah? Anda kerja dengan siapa dan syarikat apa, syarikat orang kafir ke? anda mungkin pekerja yang mana bos anda orang kafir, jadi solat anda dibawah orang kafir lah. Dan bos anda yang tak baca al quran itu solat nya lebih baik dari anda. solat anda diberi gaji ke atau pahala. Kalau anda tak diberi gaji anda akan terus bekerjakah? Itu tafsiran solat anda setelah belajar sendiri?

Salam Zulia,

Tidak ada siapa kata Tuhan tak suruh kita laksanakan solaa. Persoalannya cuma, saya faham solaa itu komitmen dan puan pula setuju dengan mereka yang kata solaa itu sembahyang - ritual dengan rukun dan kaedah tertentu.

Saya nampak secara umum Tuhan sebenarnya menyuruh kita berpegang kepada komitmen hidup kita iaitu menjadi khalifah yang baik. Dan komitmen seorang khalifah yang baik adalah untuk berbakti kepada Tuhannya dengan cara menggunakan seluruh peluang yang Tuhan kurniakan untuk kerja-kerja yang mendatangkan manfaat kepada dirinya sendiri, orang lain dan alam sekitarnya.

Definasi komitmen adalah sangat luas sehingga ia meliputi seluruh aspek kehidupan seseorang. Dan jalan yang paling baik dalam melaksanakan komitmen itu adalah dengan menuruti petunjuk Al-Quran.

Apa komitmen surirumah? Kalau puan tak tau cubalah baca Al-Quran.